Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Mahabarata - Duryudana

Durydana adalah pemimpin Kurawa, sebagai anak pertama dari seratus bersaudara, putra dari Prabu Drestarastra dan Dewi Gandari. Jika Arjuna bersaing dengan Raja Karna sebagai pemanah terbaik, Druyudana bersaing dengan Bima Sebagai petarung terbaik dengan senjata Gada. Walaupun memusuhi para Pandawa Duryudana memiliki watak yang jujur, sayangnya Duryudana mudah terpengaruh khususnya oleh pamannya Sengkuni. Selain itu dia suka dengan kemewahan. Sebagai pimpinan dari Kurawa Duryudana terkenal dengan nama kurupati selain itu ada nama lain seperti nama Detaputra, Gendarisuta (anak Dewi Gendari), Jakawitana dan Suyudana. Dalam bahasa sansakerta, Duryudana mempunyai arti Tak Terkalahkan. Duryudana menikah dengan Dewi Banowati, putri ketiga Prabu Salya dengan Dewi Pujawati/Setyawati dari negara Mandaraka. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh dua orang putra bernama ; Leksmanamandrakumara dan Dewi Leksmanawati (setelah dewasa kawin dengan Warsakusuma, putra Adipati Karna). Duryudana adalah mu

Dewi Arimbi

Dewi Arimbi cukup terkenal di Indonesia, ini dikarenakan Dewi Arimbi adalah ibu dari Gatotkaca dan juga istri dari werkudara atau lebih terkenal dengan nama Bima Pandawa. Ia adalah putri kedua Prabu Arimbaka (raja raksasa negara Pringgandani) dengan Dewi Hadimba.  Dewi Arimbi mempunyai tujuh orang saudara kandung, bernama Arimba, Arya Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Dewi Arimbi dalam pewayangan memiliki dua wujud, sebagai Raksasa dan satu lagi Sebagai Puteri yang cantik dan anggun. Dewi Arimbi menjadi ratu negara Pringgandani menggantikan kedudukan kakaknya, Prabu Arimba, yang tewas dalam peperangan melawan Bima. Karena Dewi Arimbi lebih sering tinggal di Kesatrian Jodipati mengikuti suaminya, tahta negara Pringgandani diwakilkan kepada adiknya, Brajadenta sampai Gatotkaca dewasa dan diangkat menjadi raja negara Pringgandani, bergelar Prabu Kacanegara. Dewi Arimbi dapat beralih rupa, dari wujud raksasa menjadi putri cantik jelita. Kesakti

Mahabharata - Sadewa

Sadewa adalah bungsu dari lima Pandawa, Sadewa dikisahkan lahir di dalam istana Kerajaan Hastina, bukan di dalam hutan. Kelahirannya bersamaan dengan peristiwa perang antara Pandu melawan Tremboko, raja raksasa dari Kerajaan Pringgadani. Dalam perang tersebut keduanya tewas. Madrim ibu Sadewa melakukan bela pati dengan cara terjun ke dalam api pancaka. Sewaktu kecil, Sadewa memiliki nama panggilan Tangsen. Setelah para Pandawa membangun Kerajaan Amarta, Sadewa mendapatkan Kasatrian Baweratalun sebagai tempat tinggalnya Meskipun Sadewa merupakan Pandawa yang paling muda, tetapi ia dianggap sebagai yang terbijak di antara mereka. Yudistira bahkan pernah berkata bahwa Sadewa lebih bijak daripada Wrehaspati, guru para dewa. Sadewa merupakan ahli perbintangan yang ulung dan mampu meramalkan kejadian yang akan datang. Namun ia pernah dikutuk apabila sampai membeberkan rahasia takdir, maka kepalanya akan terbelah menjadi dua. Istri Sadewa hanya seorang, yaitu Perdapa putri Resi Tambrapetra. D

Semar Badranaya

Semar Badranaya adalah tokoh punakawan utama dalam pewayangan, Semar dikisahkan sebagai pengasuh dan penasihat para ksatria, baik dalam cerita Mahabharata maupun Ramayana, atau cerita pewayangan lainnya. Nama lain Semar diantaranya Ki Lurah Badranaya, ki lurah Nayantaka. Semar adalah reinkarnasi dari Batara Ismaya, Kaka dari Batara guru yang menguasai khayangan. Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal usul Semar.  Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar.  Dalam pewayangan Sunda, anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Cepot, Dawala dan Gareng tercipta untuk menemani Semar. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut. Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, tetapi keluhurannya sejajar d

Batara Kresna

Dalam pewayangan, Batara Kresna dikenal sebagai tokoh yang sangat sakti. Ia memiliki kemampuan untuk meramal, berubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang mati.  Kresna juga memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia. Pusaka-pusaka sakti yang dimilikinya antara lain senjata cakra, terompet kerang (sangkakala) bernama Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan. Kresna adalah Raja  dari kerajaan Dwarawati (Dwaraka), kerajaan para keturunan Yadu. Kresna adalah putra Basudewa, Raja Mandura (Mathura). Ia dilahirkan sebagai putra kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Baladewa (Balarama, alias Kakrasana) dan adiknya dikenal sebagai Sembadra (Subadra), yang dinikahi oleh Arjuna, sepupunya dari pihak ibu.  Kresna memiliki tiga orang istri dan tiga orang anak. Para istrinya yaitu Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Satyabama. Menurut pewayangan, anak-anaknya adalah

Astrajingga / Cepot

Nulis tentang dunia wayang kurang pas kayaknya kalau tidak menulis tentang si Cepot. Tokoh yang selalu hadir disetiap pementasan wayang golek, tokoh yang selalu ditunggu kehadirannya, lewat banyolannya tokoh Cepot dan tokoh punakawan lainnya digunakan wayang untuk menyampaikan pesan sosial dan dakwah yang dibalut dengan canda tawa. Cepot adalah anak pertama Semar dari tiga bersaudara (Cepot, Dawala dan Gareng), penampilan Cepot sangat khas dimana sangat mudah dikenali mempunyai wajah yang merah dengan gigi bawahnya yang besar dan menonjol ke atas. Menurut salah satu versi Cepot lahir atau tercipta dari sebuah saung, ketika Semar berlindung dari hujan lebat, karena hanya sendiri semar merasa kesepian, sehingga dia berdoa supaya diberi teman. Seketika itu saung yang dijadikan tempat berteduh oleh Semar berubah menjadi Cepot. Cepot biasa membawa bedog (golok), biasanya Cepot dan punakawan lain selain ngabodor juga ikut berkelahi atau berperang. Biasanya mereka menghadapi raksasa atau buta